Tamansari
Malam tiga hari sebelum tahun dua ribu tuju
Dindingnya sangat tebal untuk runtuh ke kolam
Yang airnya beriak dari kepala naga
Sepi sekali ketika itu
Kecuali dulu ketika para putri bercanda di sana
Semuanya tertawa dan raksasa hanya bisa melotot dari gerbangnya
Tak ada yang mandi
Dan seorang memandang dari depan menunggu terjadi
Sesuatu entah apa
Ukiran dan air yang segar sudah tertuang ada
Tak perlu tembok yang besar untuk gerbang yang terbuka
Tak berpintu kayu berat berderit
Tak perlu penjaga mengawalnya
Tak ada parit
Seperti benteng yang lorongnya bergema
Tetap saja gadisnya teringat sakit
Burung dalam sangkar yang dijual di pasar
Dan kereta kuda melewati gajah dalam rantai
Beradu nasib pada pohon besar
Yang akarnya terus terjuntai
Tak ada kembang api
Namun tetap ada suara tawa
Menunggu tangis dalam sepi
Berharap selalu tertawa
Ingat sinyo belanda
Dansa-dansi di kamar bola
Indah sekali kecuali serdadu
Di mulut meriam tertutup peluru
Tamansari tetap terbuka
Dan si gadis masih menunggu terjadi
Bukan kembang api dan dansa-dansi
Lebih dari dan bukan janji gianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar