Lama sekali saya tidak menulis puisi, terakhir mungkin tahun lalu. Tepat saat jumat pertama setelah lebaran haji.Itu pun saya anggap gagal.
Beberapa waktu lalu saya tengok lagi folder tempat saya menulis puisi. kebanyakan ditulis saat saya sedang berpacaran dengan si Naphentes.Dan, ada sebuah puisi yang saya rasa cukup enak dibaca.Seingat saya, puisi ini saya tulis saat saya dibuat bimbang oleh si Naphentes.Silahkan menikmati.
Tiup
3 maret 2009
Tiuplah dengan lembut
Seperti yang biasa kau lakukan saat melihatku berkeringat dan terbaring kelelahan
Tiuplah dengan keras
Seperti angin yang berhembus dari segala penjuru dan berkumpul sehingga atap rumah terbang entah kemana
Tiupkanlah sesak hatimu
Ke dalam tangisan yang tak pernah aku tahu sebabnya
Tiupkanlah gejolak dalam dirimu
Ke juntai rambutku yang ikal jatuh di wajahmu
Selalu kurasakan semilir angin yang kau tiupkan ke dahiku
Kemarahanmu atas segala kesalahanku padamu.
Sesak hatimu yang menjadi sesak hatiku atas keluguanku yang tak pernah mengerti dirimu.
Selalu kurasakan kelembutan itu
Seperti angin yang menerbangkan atap rumah itu
Yang begitu kuat
Seperti itulah dulu
Kini aku berusaha mencerai beraikannya menjadi tiupan-tiupan kecil
Karena aku tak sanggup merubah arahnya
Setidaknya sampai saat ini
Saat baling-baling kecil masih berputar
Terus berputar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar